Ponorogo, tjahayatimoer.net – Sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kecamatan Pudak tidak menunjukkan kabar yang menggembirakan. Hampir setiap hari, terus saja ada sapi yang terjangkit.
Tidak hanya terjangkit, bahkan ada saja sapi yang mengalami kematian. Bupati Sugiri Sancoko bahkan dua hari ini, mengantor di Kecamatan Pudak supaya konsentrasi untuk penanganan disana.
Data tanggal 20 Juni 2022, di Kecamatan Pudak saja, sudah ada 4.716 sapi yang terjangkit PMK. Dari jumlah itu, ada 473 kasus kematian sapi, baik itu mati murni maupun mati karena dipotong paksa. “Ada fenomena tidak sekedar virus di Pudak ini, ketika pada proses penyembuhan, sapi sudah mau makan, tiba-tiba mati,” kata Bupati Sugiri Sancoko, Selasa (21/6/2022).
Untuk menemukan penyebab yang lebih spesifik kematian sapi itu, Kang Giri sapaan akrabnya menerjunkan sejumlah tim untuk melakukan otopsi bangkai sapi. Dengan kematian yang cukup tinggi ini, Ia menduga ada virus lain. Sebab, tingkat kesembuhan sapi yang terjangkit juga rendah. Yakni dari 4716 yang terjangkit, hanya 2 ekor sapi yang dinyatakan sembuh.
“Sudah ada sapi yang diotopsi dan sampelnya sudah dikirim ke laboratorium. Sehingga bisa diketahui, apakah virusnya ini sudah bermutasi. Kita harus cari tahu,” ungkap Giri.
Padahal Dinas Pertanian, Peternakan, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo dan warga Pudak sudah berupaya untuk melakukan pengobatan. Mulai dari penyuntikan antibiotik hingga ramuan herbal. Namun, nyatanya angka kesembuhan tetap rendah. Bahkan di Desa Krisik dan Desa Pudak Kulon pada Senin (20/6) kemarin, dilaporkan ada 18 ekor sapi yang mati. Sementara untuk puluhan lainnya masih dalam kondisi kritis. “Hampir setiap hari ada saja sapi warga yang mati setelah terpapar PMK,” kata Ambar, salah satu warga Kecamatan Pudak. (red.sin)
0 Komentar