Kediri, tjahayatimoer.net - Cabor ini tergolong muda di Kota Kediri. Baru dua tahun tercatat di KONI Kota Kediri. Namun, mereka sudah mampu menorehkan prestasi, mendulang banyak medali.
Suara benturan antara tangan, atau kaki, dengan hand pad terus terdengar. Bercampur dengan suara teriakan yang tanpa henti. Terus bersahutan. Asalnya dari puluhan remaja, laki-laki dan perempuan, yang tengah berlatih beladiri kick boxing di halaman GOR Jayabaya Selasa (8/2). Peluh mengucur dari tubuh mereka yang berbalut kaus hitam. Tak menghalangi untuk saling membalas pukulan dan tendangan.
“Latihan rutin yang ditingkatkan. Persiapan untuk Porprov (pekan olahraga provinsi, Red),” ucap seorang pria di sela-sela kegiatan para atlet. Lelaki ini adalah Joni Setiawan. Sehari-hari dia adalah sekretaris umum (sekum) Kick Boxing Indonesia (KBI) pengurut Kota (Pengkot) Kediri.
Peningkatan latihan mereka lakukan karena proprov sudah di depan mata. Sesuai jadwal, agenda tersebut akan berlangsung Juni nanti. Karena itulah, di antara para atlet, enam di antaranya adalah peserta pemusatan latihan kota (puslakot). Mereka tergabung di kamp KBI Kota Kediri Sang Jiwa Jayabaya.
Sebelum berlaga di Porprov Jatim 2022, para atlet akan lebih dulu tampil dalam kejuaraan nasional di Jogjakarta. Tepatnya pada Maret nanti. “Ini lomba kedua tahun ini yang skalanya nasional. Sebelumnya kami tampil di ajang serupa di Surabaya,” terang lelaki 38 tahun ini.
Dalam kejuaraan kick boxing All Tatami Championship 2022, 29-30 Januari di Gedung Widya Kartika Surabaya, mereka mengirim enam atlet. Empat atlet usia SMA/SMK, satu usia SMP, dan satu masih usia SD. Hebatnya, semuanya meraih medali. Lima emas dan satu perak.
Mereka adalah Daffa Alauddin Adji, 17; Panji Satrio Aji, 17; si kembar Muhammad Rizkon Firmansyah dan Muhammad Rizki Firmansyah, 16; Moreno Fajar Savia, 14; serta M. Maheswara Widyatna, 12.
“Baru ikut latihan di kamp ini tiga bulan,” kata Moreno, salah seorang yang mendapat medali emas.
Sebelum berkecimpung di kick boxing, dia tak pernah ikut cabang olahraga apapun. Sebab, Moreno merasa dirinya adalah anak penakut. Sering menangis bila dikerjai teman-temannya. Jauh berbeda bila dibandingkan ketika dia menghadapi hand pad. Tatapan matanya tajam. Serangannya pun keras ke arah sang pelatih.
“Alhamdulillah lebih percaya diri,” ujarnya tersenyum.
Beda Moreno, beda pula Daffa Alauddin Aji. Remaja kelas 11 di SMAN 1 Kota Kediri ini sudah malang melintang di dunia beladiri. Pernah ikut karate dan silat. Sebelum akhirnya memilih kick boxing.
Proses pencarian itu berliku. Awalnya dia dilatih ayahnya yang juga seorang pelatih karate. Kemudian dia ikutan ekstra-kurikuler silat ketika duduk di SMP. Setelah sempat berhenti karena mondok, dia kemudia menjatuhkan pilihan pada kick boxing.
Daffa mengaku tidak ada campur tangan orang tua mengikuti olahraga keras ini. Dia sendiri yang merasa di tempat yang aman ketika melakukan apa yang ia suka.
Menurutnya, kick boxing adalah olahraga fleksibel. Banyak atlet kick boxing yang dulunya atlet di olahraga lainnya.
Daffa sendiri mulai ikut kejuaraan sejak 2019. Yaitu saat kejurprov. Kemudian kejuaraan nasional beberapa waktu lalu di Surabaya. Total Daffa sudah mengantongi tiga emas dan satu perak.
Selama ia mengikuti kejuaraan yang bersifat provinsi dan nasional targetnya sama. Berprestasi. Kini dia mengincar hal itu dalam Porprov 2022 pada Juni mendatang.
Semua mengamini. Mereka ingin berprestasi melalui hobi yang mereka cintai. Apalai membawa nama baik Kota Kediri sebagai tempat kelahiran mereka. Menjadikan motivasi dalam diri meningkat sebelum pertandingan usai. (red)
0 Komentar