Re-Konseptualisasi Jalan Dhoho Perlu Dipoles Agar Lebih Eksotis


Kediri, tjahayatimoer.net - Upaya re-konseptualisasi Jalan Dhoho harus menyeluruh, termasuk menciptakan kesiapan generasi milenial. Sebab, di tangan mereka estafet pembangunan akan dipegang.

Jalan Dhoho memang perlu dipoles agar lebih eksotis. Di sisi lain, pola pembangunannya harus disertai ruh. Terutama terkait makna yang menyertainya. Tujuannya, agar nilai sejarah dan budaya yang dibuat itu mampu melekat pada hati generasi milenial.

Mewakili generasi muda, Regina Nadya Suwono menegaskan sangat mendukung upaya membangun kembali Jalan Dhoho. Namun, legislator yang duduk di Komisi B DPRD Kota Kediri ini mengingatkan agar revitalisasi yang dilakukan harus dikonsep dengan matang. Salah satunya mempertimbangkan kesiapan sumber daya manusia (SDM)-nya. Khususnya generasi muda.

“Pada 2045 nanti anak-anak muda yang akan menggantikan kita,” ujar Regina beralasan mengapa harus melibatkan para generasi milenial ini.

Baginya, akan menganggap mubazir pembangunan yang dilakukan besar-besaran tetapi nilai dari upaya itu tidak dipahami oleh masyarakat. Ada beberapa contoh pembangunan yang punya nilai sejarah tetapi tidak dinarasikan dengan baik. Sehingga ketika orang melihat hanya dianggap sebuah patung atau bangunan semata. Tanpa dipahami makna dan landasan historisnya.

Wakil rakyat yang baru berusia 25 tahun ini menyebut, cagar budaya yang sudah ada di sekitar kawasan Jalan Dhoho selayaknya bukan hanya menonjolkan bangunan fisik. Dia menganjurkan setiap bangunan harus ada ruhnya. Dan itu harus dipahami oleh masyarakat. Terutama generasi muda. Ringkasnya, nilai-nilai yang terkandung pada suatu bangunan akan tersampaikan dengan baik ke seluruh warga.

“Rasa cinta pada Kota Kediri ini akan tumbuh bila SDM-nya  memahami nilai yang terkandung pada sebuah benda cagar budaya,” ucap perempuan yang kerap disapa Rere ini.

proyek pembangunan di kawasan Jalan Dhoho akan menciptakan peluang penambahan pendapatan daerah. Sekaligus akan menciptakan daya saing tinggi bagi daerah. Sekaligus akan menjadi citra daerah.

Sebagai kota yang selalu menjargonkan daerahnya sebagai smart city, rasanya aneh bila pemkot tidak bisa membranding daerahnya. Karena salah satu pilar pada smart city adalah smart branding. Dari sana, dia yakin Kota Kediri dalam waktu sepuluh tahun ke depan bisa melesat apalagi pembangunannya digarap dari sekarang. (bersambung) 

Percuma membangun apabila narasinya tidak dikenal masyarakat anak muda harus tahu ruh bangunan untuk menanamkan kecintaan pada Kota Kediri maka pembangunannya harus memiliki ruh. Sumber daya manusia khususnya anak mudanya perlu disiapkan dengan matang sehingga nilai-nilai sejarah dan budaya tetap lekat di hati mereka. (red)

Posting Komentar

0 Komentar